WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi
https://wastu.unmerbaya.ac.id/index.php/wastu
<p><strong>WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi,</strong> merupakan tempat untuk publikasikan hasil karya ilmiah dan hasil riset mengenai bidang arsitektur dan lingkungan binaan, teknologi, sains serta bidang ilmu lain yang sangat erat kaitannya seperti perencanaan kota dan daerah, desain interior, perancangan lansekap, dan Ilmu Teknik Lainnya. denga <strong>berISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180426759">1858-4756 (Cetak)</a> dan <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20211012011890828">2808-5574 (Online)</a></strong><br />Terbit dua kali setahun (April dan Oktober) yang diterbitkan oleh Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Surabaya.</p>Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Surabaya.en-USWASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi1858-4756Polycam dalam Dokumentasi Warisan Digital: Fotogrametri Mobile pada Bangunan Bersejarah
https://wastu.unmerbaya.ac.id/index.php/wastu/article/view/63
<p><span style="font-weight: 400;">Penelitian ini membahas penerapan teknologi </span><em><span style="font-weight: 400;">mobile photogrammetry</span></em><span style="font-weight: 400;"> menggunakan aplikasi </span><em><span style="font-weight: 400;">Polycam</span></em><span style="font-weight: 400;"> sebagai metode dokumentasi digital warisan arsitektur kolonial di Indonesia. Studi kasus difokuskan pada patung singa pada fasad Gedung Singa Surabaya, karya kolaboratif tiga maestro seni Belanda: Hendrik Petrus Berlage, Joseph Mendes da Costa, dan Jan Toorop. Sebagai elemen artistik yang memiliki nilai simbolik dan historis tinggi, patung ini didokumentasikan untuk mendemonstrasikan potensi teknologi berbasis ponsel dalam pelestarian warisan budaya. Proses dokumentasi dilakukan menggunakan perangkat Samsung A55 dengan mode </span><em><span style="font-weight: 400;">photo capture</span></em><span style="font-weight: 400;"> pada </span><em><span style="font-weight: 400;">Polycam. </span></em><span style="font-weight: 400;">Tantangan utama dalam akuisisi data adalah getaran kendaraan berat, gangguan visual lalu lintas, serta perubahan intensitas cahaya akibat lokasi gedung yang berada di kawasan padat Jalan Rajawali, Surabaya. Strategi pemindaian dilakukan secara presisi pada waktu pagi hari untuk meminimalkan gangguan lingkungan. Hasil model 3D menunjukkan representasi bentuk dan tekstur yang akurat, meskipun terdapat keterbatasan pada detail mikro dan pencahayaan tertentu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Polycam memiliki potensi signifikan sebagai alat dokumentasi digital yang mudah diakses, efisien, dan inklusif, terutama untuk objek arsitektur kolonial berukuran sedang. Pendekatan ini dapat mendukung pelestarian digital warisan budaya serta mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi arsitektur bersejarah di Indonesia.</span></p>Stephanus Wirawan Dharmatanna
Copyright (c) 2025 WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi
2025-10-312025-10-3171394910.55173/wastu.v7i1.63RUMAH SAKIT KHUSUS DISABILITAS
https://wastu.unmerbaya.ac.id/index.php/wastu/article/view/72
<p>Penyandang disabilitas merupakan bagian dari masyarakat yang berhak mendapatkan layanan kesehatan yang setara serta mempertimbangkan kebutuhan mereka secara utuh. Namun, kebanyakan fasilitas kesehatan di Indonesia belum sepenuhnya memperhatikan aspek aksesibilitas serta kenyamanan bagi individu dengan disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah Rumah Sakit Khusus Disabilitas di Kota Blitar dengan menerapkan pendekatan <em>Healing Architecture</em>, yaitu suatu konsep arsitektur yang berfokus pada pemulihan fisik, psikologis, dan emosional melalui lingkungan yang dirancang secara khusus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-deskriptif, yang terdiri dari beberapa tahap seperti observasi lapangan, studi literatur, dan analisis lokasi. Hasil dari perancangan ini menunjukkan bahwa prinsip <em>Healing Architecture</em> dapat diterapkan dengan membuat desain massa bangunan yang memperhatikan aksesibilitas, pencahayaan alami, ventilasi silang, serta pemilihan warna dan material alami yang mampu memberikan efek menenangkan, sekaligus menyediakan ruang hijau yang berperan sebagai elemen terapi. Desain ini tidak hanya memenuhi standar untuk bangunan rumah sakit yang inklusif, tetapi juga mendukung proses pemulihan pasien disabilitas dari berbagai aspek. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan arsitektur fasilitas kesehatan yang inklusif di Indonesia.</p>nurhidayatusAmy NovianingtyasTisa Angelia
Copyright (c) 2025 WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi
2025-10-302025-10-3071122110.55173/wastu.v7i1.72Kajian Bangunan Periode Kontemporer Arsitektur Nusantara
https://wastu.unmerbaya.ac.id/index.php/wastu/article/view/64
<p><em>Periode arsitektur kontemporer dipelopori oleh kumpulan arsitek dari Bauhaus School of Design di Jerman dan mengalami perkembangan pesat pada tahun 1940. Arsitektur kontemporer merupakan gaya yang dipengaruhi oleh adanya keinginan untuk mendapatkan hal-hal baru atau berbeda daripada sebelumnya dalam lingkup arsitektur. Masjid Al Irsyad Satya sebagai studi kasus merupakan karya seni bangunan yang mendobrak pakem-pakem tradisi bentuk masjid beratap kubah. Analisis data yang digunakan dalam menentukan bangunan periode kontemporer arsitektur nusantara yaitu analisis deskritif analitik. Prinsip-prinsip periode arsitektur kontemporer disesuaikan dengan Masjid Al Irsyad Satya dilihat dari pilar keilmuan arsitektur yaitu venustas, firmitas dan utilitas.</em></p>Clara Sarti WidiwatiTisa Angelia
Copyright (c) 2025 WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi
2025-10-312025-10-3171223010.55173/wastu.v7i1.64Apresiasi Arsitektur Museum dan Makam Bung Karno, Kota Blitar
https://wastu.unmerbaya.ac.id/index.php/wastu/article/view/73
<p>Museum dan Makam Bung Karno di Blitar bukan hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir proklamator Indonesia, tetapi juga merupakan karya arsitektur yang memiliki makna historis, budaya, dan simbolis. Tulisan ini bertujuan untuk mengapresiasi nilai-nilai arsitektural yang terkandung dalam bangunan tersebut melalui pendekatan deskriptif-kualitatif. Dengan mengamati elemen desain, tata ruang, pemilihan material, serta konteks sosial-budaya, artikel ini mencoba memahami bagaimana arsitektur mampu menjadi medium penghormatan sekaligus edukasi bagi masyarakat. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kompleks bangunan ini tidak hanya menghadirkan nuansa monumental dan sakral, tetapi juga merepresentasikan identitas nasional dalam bahasa visual yang kuat. Arsitektur di sini tidak sekadar fisik, melainkan juga membangun kedekatan emosional antara generasi penerus dan nilai perjuangan yang diwariskan Bung Karno kepada pengunjung.</p>nurhidayatussani syauqi
Copyright (c) 2025 WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi
2025-10-312025-10-3171313810.55173/wastu.v7i1.73Pendekatan Ekologi Alami sebagai Basis Pengelolaan Ruang Kota yang Resilien terhadap Perubahan Iklim
https://wastu.unmerbaya.ac.id/index.php/wastu/article/view/71
<p>Pesetanya Urbanisasi yang terjadi di Kawasan berkembang dan memiliki keterbatasan kapasitas infrastruktur menyebabkan semakin tingginya Tingkat kerentanan sistem perkotaan, selain perubahan iklim global yang terjadi. Pendekatan ekologi alami (<em>natural ecology approach</em>) secara kontekstual muncul sebagai paradigma alternatif bahwa integrasi proses dan sistem alami menjadi penting dalam perencaan kota sebagai mekanisme utama penjaga keseimbangan ekologis. Penelitian menunjukkan berbagai konsep, metode, serta temuan empiris yang berkaitan dengan pengelolaan ruang kota adaptif dan Tangguh terhadap perubahan iklim melalui penerapan prinsip ekologi. Kajian ini menggunakan metode <em>Rapid Systematic Review (RSR)</em> melalui analisis 15 artikel ilmiah internasional bereputasi (Scopus Q1–Q2) yang terbit antara tahun 2015 hingga 2025. Sintesa hasil menunjukkan empat dimensi utama dalam implementasi pendekatan ekologi, yaitu : (1) integrasi sistem ekologis dalam perencanaan spasial; (2) penguatan jejaring hijau dan keanekaragaman hayati kota; (3) tata kelola kolaboratif yang melibatkan partisipasi masyarakat; dan (4) pengakuan terhadap nilai ekonomi dan sosial ekosistem. Peendekatan ini menempatkan sistem alam bukan hanya elemen pelengkap, tetapi juga sebagai struktur dasar pembentuk ruang kota yang adil, adaptif, dan berkelanjutan. Pembangunan kota diharapkan bertransformasi dari pola teknokratik menuju <em>ecological urbanism</em>.</p> <p> </p>Tisa AngeliaIkamto BudimanI Komang Kerthajaya
Copyright (c) 2025 WASTU: Jurnal Wacana Sains & Teknologi
2025-10-302025-10-307111110.55173/wastu.v7i1.71